Rabu, 23 Maret 2011

Islam Tak Mengajarkan Anarkisme



Islam Tak Mengajarkan Anakisme

REMBANG-Forum Kajian Nahdliyin (FKN) Rembang, menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, pada Ahad (20/3). Acara tersebut berlangsung di pendopo Kabupaten Rembang. Sedangkan tema yang diangkata adalah 'meneladani sifat-sifat Rasulullah, hindari radikalsime dan anarkisme'.

Tampil sebagai pembicara DR KH Abdul Ghofur Maimoen, alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Dia adalah putra kiai kharismatik asal Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, KH Maimoen Zuber. Pada kesempatan itu, Gus Ghofur, memaparkan pemikiran ‘Terorisme Akar Permasalahan Dan Solusi”. Sedangkan bertindak selaku moderator adalah Sholihin Hasan dari pascasarjana Universitas Nahdhotul Ulama (UNU) Surakarta.

Menurut Gus Ghofur, demikian sapaan akrabnya, hingga kini dunia internasional belum menemukan definisi tepat atas istilah terorisme. Belum bisa dipastikan konsep mengartikan tindak terorisme karena saling bertubrukan dari pemahaman politik, sosial, ekonomi dan ideologi.

“Hanya saja sepertinya muncul kesepahaman satu tindak kekerasan dianggap sebagai bentuk terorisme bila tindak kekerasan disertai ancaman yang dialamatkan kepada publik, pemerintahan atau negara, dimana pelaku mewakili simbol kelompok, dengan tujuan politis,” katanya

Gus Ghofur lebih lanjut mengungkapkan, faktor dan akar permasalahan yang mendorong seseorang melakukan tindak teroris atau bergabung dengan kelompok teroris, sangatlah bervariatif. Diantaranya faktor psikologis, ekonomi, sosial, politik, religi dan ideologi. Namun untuk mengetahui terorisme dengan lebih baik, diperlukan pendekatan multikasual. Diantaranya pendekatan politik, organisasional, psikologis dan ideologis/teologis.

Dia menambahkan, salah satu aspek penting memahami terorisme adalah dengan menyelami bagaimana para pelaku teror membenarkan tindakan amoral mereka. Untuk mengerjakan hal bengis aksi terorisme, dibutuhkan dorongan kuat yang mampu menghilangkan simpul psikologis pelakunya. Sehingga tak lagi memiliki rasa simpati terhadap para korban. Teori kognitif yang dijejalkan dalam pola pikir para pelaksana teror sangat tertanam kuat. Sehingga mereka meyakni bahwa tindakannya benar.

Melalui proses kognisi itu, lanjutnya, para teroris tidak menganggap dirinya sebagai pelaku teror. Tetapi sebaliknya, mereka memposisikan diri sebagai tentara kebenaran yang memperjuangkan kebebasan, martir atau pejuang yang sahih untuk mencapai tujuan mulia.

Gus Ghofur menambahkan, mengingat terorisme merupakan permasalahan yang kompleks dan multi dimensi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menanggulanginya. Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat seharusnya memberi kesempatan luas serta mendorong dengan sungguh-sungguh kepada bentuk keagamaan yang moderat, namun masih dalam koridor ke-Bhineka Tunggal Ika-an.

“Materi pembelajaran agama di sekolah harus menanamkan pemahaman menghormati semua bentuk perbedaan. Menanamkan sikap toleran dan pluralistik, perbedaan dalam beragama, pemikiran, sikap dan budaya adalah natural,” imbuhnya.

Selain itu, menumbuhkan budaya demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga setiap inisatif yang diusulkan dan diperjuangkan dilaksanakan melalui instrumen demokrasi. Kemudian pemerintah harus menegakkan dan mengamalkan demokrasi dengan konsekuen, tanpa harus meninggalkan hak-hak golongan minoritas.

“Dengan prinsip toleransi dan pluralisme, tak ada alasan untuk men-dehumanisasi kelompok lain hanya karena perbedaan agama, etnik, pemikiran dan sikap poitik. Kita harus menjadikan dialog dan silaturahmi nasional sebagai agenda bangsa. Karena salah satu fantor utama lahirnya terorisme adalah rasa keterasingan satu kelompok tertentu dan tidak terakomodirnya kepentingan mereka,” ujarnya. (sol)

SMK NU Kunduran Blora




Siswa SMK NU Kunduran Dibekali Ketrampilan Kerja

BLORA-Keberadaan SMK NU Kunduran, nampaknya makin mendapat tempat di hati masyarakat. Terbukti, dari tahun ke tahun, jumlah siswanya terus meningkat. Mereka datang dari dua kabupaten. Yakni, Blora dan Grobogan. Karena itu, sejumlah jurusan baru pun dibuka guna menjawab kebutuhan masyarakat.
Kepala SMK NU Kunduran, Drs Mohadi Said mengungkapkan, sekolah yang dipimpinnya saat ini memiliki tiga jurusan. Pertama, bidang study keahlian bisnis dan manajemen dengan program study keahlian administrasi dan kompetensi keahliannya adalah administrasi perkantoran. Kedua, bidang study keahlian teknologi dan rekayasa dengan program study keahlian tehnik otomotif dan kompetensi keahliannya adalah tehnik sepeda motor. Ketiga, bidang study keahlian teknologi informasi dan komunikasi dengan program study keahliannya tehnik komputer dan informatika dan kompetensi keahliannya adalah tehnik komputer dan jaringan.
”SMK NU Kunduran beralamat di komplek Ponpes Al-Huda, dan saat ini sudah terakreditasi,” ujar Mohadi, yang juga mahasiswa pascasarjana Universitas Nahdhotul Ulama (UNU) Surakarta tersebut.
Menurutnya, untuk jumlah siswa yang belajar di SMK NU Kunduran tahun ini mencapai 423 siswa. Dengan rincian bidang keahlian bisnis dan manajemen ada 268 siswa dan bidang teknologi dan rekayasa ada 117 siswa. Sementara untuk bidang keahlian informasi dan komunikasi baru 38 siswa. ”Bidang keahlian informasi dan komunikasi ini baru dibuka tahun lalu,” katanya.
Dikatakan, bangunan SMK NU menempati tanah seluas 4.574,9 meter persegi. Seiring dengan meningkatnya jumlah siswa, maka perluasan bangunan menjadi keniscayaan. Sedangkan untuk tempat praktiknya, SMK NU telah mendidirikan LPK Ma’arif.
Mohadi menambahkan, sekolahnya mengusung visi mencetak generasi yang cerdas, cakap, terampil, berakhlak mulia dan berjiwa mandiri. Sedangkan misinya adalah mengembangkan kecerdasan dan potensi siswa, mengembangkan pembelajaran yang berbasis teknologi, membangun moral dan etika siswa, mengembangkan ketrampilan siswa untuk menghadapi dunia kerja, serta mengembangkan jiwa kemandirian siswa.
”SMK NU berusaha membekali siswa dengan ketrampilan kerja secara maksimal. Saat ini, siswa yang tulus banyak diterima kerja di sejumlah perusahaan di kota-kota besar. Dan, sebagian mereka juga ada yang melanjutkan kuliah,” tandasnya. (sol)

Jumat, 25 Februari 2011

Sarasehan Politik

Dari Sarasehan Politik yang Digelar Forum Wartawan Rembang (1)
Kekuasaan Punya Potensi Fir'aun, Politik Punya Potensi Hama
Banyak hal yang diungkapkan KH Abdul Qoyum Manshur (Gus Qoyum) saat berbicara di depan peserta Sarasehan Politik yang digelar Forum Wartawan Rembang di Balai Kartini, pekan lalu. Menurutnya, bahwa politik dan kekuasaan rawan sekali. Mengapa?

SHOLIHIN HASAN, Rembang
Dalam pandangan Gus Qoyum, manusia berpolitik bisa menjadi bijaksana, selaiknya manusia berpolitik juga bisa menjadi hama. Sebab, melalui politik, manusia bisa mengembangkan sifat-sifat kebinatangan, seperti serakah. Sebaliknya, berpolitik bisa menjadi bahagia bila berhukum dengan hukum Allah.
Kemudian Gus Qoyum mengajak peserta sarasehan untuk menengok negara-negara lain tentang perilaku politik yang menimbulkan hama dan politik yang menimbulkan bijaksana. Bagaimana cerita mantan Presiden Filipina Ferdinant Marcos, konflik di Thailand dan konflik di Timur Tengah. Gara-gara politik yang didominasi hama, banyak orang lain yang tersiksa dan tersakiti.
”Pada jaman Nabi, disebutkan ada seorang wanita masuk neraka gara-gara menyiksa kucingnya. Kalau menyakiti kucing saja bisa menyebabkan masuk neraka, lalu bagaimana kalau menyiksa orang lain?” tanyanya.
Kalau politik punya potensi hama, lanjutnya, maka kekuasaan punya potensi Fir'aun. Berapakali pelanggaran HAM yang dilakukan Fir'aun, berapa orang yang tersakiti dan berapa banyak yang terdholimi. Sehingga antara politik dan kekuasaan sama-sama rawannya. Dia melihat bahwa semua jabatan itu berat, baik saat masih di dunia maupun nilai dengan hukumnya di depan Allah.
Karena itu, agar potensi hama dan Fir'uan bisa diminimalisir, maka politik dan kekuasaan harus ditonjolkan kekuatan rasionalnya ketimbangkan kekuatan hewaniyahnya. Selain itu, politik dan kekuasaan juga harus berhukum dengan hukum Allah ketimbang berhukum dengan hukum manusia.
Gus Qoyum juga menyoroti praktik demokrasi di Indonesia. Menurutnya, demokrasi bangsa ini sudah lampu kuning. Sehingga kalau tidak segera dibenahi akan menyebabkan kehancuran negeri ini akan datang tidak lama lagi.
”Proposal demokrasi kita ala barat. Ini berbahaya,” tandasnya.
Ibarat sebuah keluarga yang punya hajat, lanjut dia, kalau dalam setahun orang punya hajat berkali-kali, seperti hajat mantu, khitan anak, kelahiran, ada keluarga yang meninggal, kenduri dan ulang tahun tentu akan sangat berpengaruh. Kalau dalam setahun orang punya hajat berkali-kali, secara ekonomi, bisa bangkrut.
Apa yang diungkapkan Gus Qoyum itu, nampaknya merujuk pada praktik emokrasi i negeri ini. Dimana dalam lima tahun, bangsa ini punya hajat berkali-kali. Ada pilpres, ada pilgub, pilbup, pilkades dan pileg. Hajat demokrasi yang digelar berkali-kali itu bisa menguras enerji bangsa. Sementara riset diabaikan. Akibatnya, karya kongkrit bangsa ini tidak pernah tercipta. Atau pun kalau tercipta kurang maksimal.
Kemudian dia menyontohkan, banyak negeri-negeri kecil di Eropa yang bisa membagi energi politik dan risetnya secara berbarengan. Seperti Inggris dan Swiss, meski negeri kecil, tetapi keduanya sangat memperhatiakn riset. Sehingga karya nyatanya sangat kongkrit.
”Kalau sistem seperti ini dibiarkan terus menerus, kasihan negeri kita,” tambahnya.(bersambung)

Sabtu, 01 Januari 2011

beda dzikir, wiridan dan doa

 Keterangan : foto menyambut tahun 1432 Hijriyah, ribuan warga di Kecamatan Sale Rembang, memanjatkan doa bersama.

Kang Said: Dzikir, Doa, dan Wirid Itu Berbeda
Sabtu, 1 Januari 2011 17:30 Banda Aceh, NU Online
Dzikir Akbar di Masjid Baiturrahman Aceh dihadiri ulama besar dari Yaman, Habib Umar bin Hafidz, yang memimpin langsung dzikir akbar ini. Sedangkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj memberikan ceramah agama dengan tema ”Pentingnya dzikir, doa, dan wirid”.

Kehadiran Ketua Umum PBNU ini mendapatkan sambutan yang cukup meriah dari hadirin, terlebih seusai Kang Said menyampaikan ceramahnya. “Ini adalah kehadiran saya yang pertama kali di Aceh sebagai Ketua Umum PBNU. Alhamdulillah saya diterima dengan sangat baik di sini,” ujarnya kepada NU Online, 30 Desember 2010.

“Dzikir adalah apapun yang membuat kita ingat kepada Allah. Dzikir itu taqarrub (mendekat, red) kepada Allah. Lalu doa adalah kegiatan ibadah atau penghambaan kepada Sang Khaliq. Dalam doa kita mengajukan permohonan kepada Allah. Sedangkan wirid adalah membaca atau menjalankan bacaan tertentu untuk mendapatkan emanasi dan iluminasi. Jadi ketiganya berbeda,” papar Kang Said dalam ceramahnya

Kang Said melanjutkan, “Kalau ilmu hikmah tashawwuf juga berbeda, meski dalam beberapa hal sepertinya sama. Ilmu hikmah adalah menjalankan sesuatu untuk memperoleh sesuatu. Bahkan kitabnya ada sendiri, seperti Syamsul Ma’arif dan Mujarrobat. Tokohnya seperti Imam Al Buni.
Sedangkan tashawwuf adalah proses mencari kedudukan hati. Tashawwuf adalah jalan menuju taubat, wara’, dan zuhud.”

Sebelumnya, Kang Said didampingi Rais Syuriah PWNU Aceh KH Wahid Nur Zahri dan Ketua Tanfidziyyah PWNU Aceh Tengku Faisal meninjau lokasi yang nantinya akan dibangun Kantor PWNU Aceh dan madrasah. “Luas tanah untuk kantor PWNU adalah 9 x 24 meter, sedangkan untuk madrasah 2500 meter persegi. Semoga kehadiran Kang Said membawa berkah dan pembangunannya segera selesai,” ujar Tengku Faisal. (bil)

sumber : nuonline

Jumat, 10 Desember 2010

PMII Blora Gelar MAPABA





PMII Blora Gelar Mapaba

BLORA-Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Sunan Pojok Blora, mulai kemarin menggelar Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba). Kegiatan yang ditempatkan di Gedung NU  Blora itu berlangsung selama tiga hari. Yakni, dari 10 hingga 12 Desember.  Kegiatan akan diikuti mahasiswa dari berbagai kampus. Seperti STAI Almuhamd Cepu dan STIU Khozinatul Ulum. Acara tersebut dibuka Ketua LP Ma'arif Blora, H Suratman SPd.
Muhamad Hamdan, selaku Ketua PMII Komisariat Sunan Pojok Blora mengatakan, Mapaba merupakan wahana kaderisasi tingkat pertama pada organisasi PMII. Oleh karena itu, melalui Mapaba tersebut diharapkan dapat memberikan semangat kepada para mahasiswa dalam rangka berpartisipasi membangun masa depan bangsa yang lebih bermartabat.
“Untuk mewujudkan harapan itu, harus dimulai dari penguatan kepemimpinan di kalangan mahasiswa. Sehingga melalui Mapaba ini dapat melahirkan kader bangsa yang militan, progresif, dan revolusioner,” ujar Hamdan, yang juga mahasiswa STAI Almuhamad Cepu.
Menurutnya, pada Mapaba kali ini, pihaknya mengusung tema 'satukan langkah, gerak, fikiran menuju insan yang ulul albab'. Sedangkan materi yang akan disuguhkan antara lain ke-PMII-an, keorganisasian, aswaja, ideologi global, manajemen aksi, mahasiswa dan tanggungjawab sosial. Selain itu, ada materi yang terkait gender dan kepemimpinan.
Sementara itu, Ketua Panitia Moh Sodiq menambahkan, dalam sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara, PMII memiliki peran yang tidak sedikit. Karena itu, melalui Mapaba ini, ke depan kader-kader PMII diharapkan lebih dinamis dalam mempertahankan identitas ideologi dan memperjuangkan organisasi pergerakan.
”Untuk nara sumber, kami menghadirkan sejumlah praktisi,” tambahnya. (slk)

Selasa, 07 Desember 2010




1 Syuro, Warga NU Jalan Santai
REMBANG-Untuk menyambut 1 Muharrom (syuro) 1432 Hijriyah, ribuan warga di Kecamatan Bulu, kemarin melakukan jalan santai. Jalan santai yang mengitari sejumlah desa itu menempuh jarak sekitar tiga kilo meter.  Kegiatan itu digelar MWC NU Bulu. Selain untuk menyambut tahun baru hijriyah, acara tersebut juga dimaksudkan untuk harlah Ke-34 Yayasan Ar-Rohman.
Wakil Ketua Panitia, Ahmad Muchayat dengan didampingi Sekretaris Panitia, Suyoto Zuhdi mengatakan, jalan santai tersebut diikuti para kiai, habib, pengurus MWC NU, IPPNU, IPNU, Fatayat, Muslimat dan Gerakan Pemuda Ansor. Selain itu, seluruh siswa MI, MTs, MA, Madrasah Diniyah (Madin), PAUD/RA yang ada i kecamatan itu turut memeriahkan acara tersebut.
”Kita menyambut tahun baru hijriyah lewat kegiatan yang menyehatkan. Yakni, jalan santai,” ujar mahasiswa SATIN Kudus tersebut.
Dikatakan, kalender hijriyah diawali dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhamad dari Makah ke Madinah. Spirit hijriyah layak diteladani dari generasi sekarang. Yakni, berhijrah dari hal-hal yang negatif ke hal-hal yang positif.  Atau berhijrah dari jalan kedzaliman menuju ke jalan yang penuh keberkahan.
Dikatakan, acara jalan sehat yang digelar MWC NU Bulu itu merupakan acara tradisi tahunan.  Untuk kali ini, jalan sehat mengambil start dan finish dari lapangan Desa Warugunung. Kemudian perjalanan menyusuri Desa Cabean, Lambangan Kulon, Lambangan Wetan, dan Sumbermulyo.
”Kami membagikan sekitar 80 hadiah dorprize kepada peserta jalan santai,” tambahnya.
Selain jalan santai, panitia juga menggelar sejumalh kegiatan. Seperti  lomba hafalan juz amma, MTQ, santunan anak yatim, hadroh, cerdas cermat madin, pertandingan bola volly, perkemahan pramuka, samproh.  Aneka macam lomba itu masih akan berlangsung dalam beberapa pekan ke depan. Acara akan ditutup dengan pengajian akbar. Pengajian yang akan digelar pada 5 Januari di Desa Ngulakan itu dihadiri pembicara KH Chazim Mabrur.(slk)

Rabu, 17 November 2010

bencana ketidakadilan

Semalam, Grobogan Bertakbir
GROBOGAN-Gema takbir semalam dikunmandangkan hampir di seluruh penjuru pelosok Kabupan Grobogan. Gema takbir sebagian ada yang dikumandangkan di mushola, masjid maupun rumah-rumah penduduk. Bahkan, sebagian mereka juga ada yang bertakbir dengan cara berkeliling kota.
Salah satu desa yang menggelar takbir keliling adalah Desa Ringinharjo, Kecamatan Gubug. Di desa, sebagian anak-anak bertakbir dengan cara keliling kampung.
Untuk takbir semalam suntuk biasanya digelar di masjid dan mushola,” ujar tokoh masyarakat setempat, Muhlis Asykuri.
Gema takbir juga dikunmadangkan masyarakat Desa Tambakselo, Kecamatan Wirosari. Sama seperti di Desa Ringinharjo, di Desa Tambakselo takbir dikumandangkan masyarakat begitu sholat maghrib usai. Namun, karena musim penghujan, untuk malam ini di tambak selo tidak dilakukan takbir keliling. Sementara saat idul fitri yang lalu, masyarakat menggelar takbir keliling.
Masyarakat memilih mengumandangkan takbir di mushola dan masjid,” kata Asrori, masyarakat setempat.
Untuk lomba takbir keliling digelar di Kota Wirosari. Lomba takbir dilaksanakan dalam rangka untuk menyemarakkan datangnya hari raya Idul Adha tahun 1431 Hijriyah. Lomba takbir tersebut diikuti siswa MTs/SMP, SD/MI dan Taman Pendidikan Alqur'an (TPQ) serta Madrasah Diniyah (Madin). Kegiatan dipusatkan di Kantor Kawedanan Wirosari.
Rozikun MPd.I, selaku penasehat panitia mengatakan, lomba tersebut tujuan utamanya adalah untuk syiar. Dimana, momentum idul kurban menjadi wahana yang tempat untuk menggelar acara tersebut. Selain itu, acara tersebut juga dimaksudkan untuk mengenalkan perintah takbir di hari raya idul adha kepada anak-anak.
"Karena itu, kami sengaja mengkhususkan acara tersebut untuk anak-anak SMP/MTs, SD/MI dan TPQ serta Madin," ujar Rozikun yang alumni pasca sarjana Universitas Nadhatul Ulama (UNU) Surakarta tersebut.
Dewan yuri menilai masing-masing kelompok yang beranggotakan 30 siswa. Yakni, kerapian, keindahan, kemerduan dan kefasihan suara. Selain itu, musik tradisional yang mengiringi takbir juga akan menjadi faktor penilaian. Nantinya, panitia akan memberikan hadiah berupa uang pembinaan. Selain itu, panitia juga akan menyiapkan hadiah dorprize berupa hewan kambing.

gema takbir grobogan

Kumandang Takbir Dari Grobogan
GROBOGAN-Gema takbir semalam dikunmandangkan hampir di seluruh penjuru pelosok Kabupan Grobogan. Gema takbir sebagian ada yang dikumandangkan di mushola, masjid maupun rumah-rumah penduduk. Bahkan, sebagian mereka juga ada yang bertakbir dengan cara berkeliling kota.
Salah satu desa yang menggelar takbir keliling adalah Desa Ringinharjo, Kecamatan Gubug. Di desa, sebagian anak-anak bertakbir dengan cara keliling kampung.
Untuk takbir semalam suntuk biasanya digelar di masjid dan mushola,” ujar tokoh masyarakat setempat, Muhlis Asykuri.
Gema takbir juga dikunmadangkan masyarakat Desa Tambakselo, Kecamatan Wirosari. Sama seperti di Desa Ringinharjo, di Desa Tambakselo takbir dikumandangkan masyarakat begitu sholat maghrib usai. Namun, karena musim penghujan, untuk malam ini di tambak selo tidak dilakukan takbir keliling. Sementara saat idul fitri yang lalu, masyarakat menggelar takbir keliling.
Masyarakat memilih mengumandangkan takbir di mushola dan masjid,” kata Asrori, masyarakat setempat.
Untuk lomba takbir keliling digelar di Kota Wirosari. Lomba takbir dilaksanakan dalam rangka untuk menyemarakkan datangnya hari raya Idul Adha tahun 1431 Hijriyah. Lomba takbir tersebut diikuti siswa MTs/SMP, SD/MI dan Taman Pendidikan Alqur'an (TPQ) serta Madrasah Diniyah (Madin). Kegiatan dipusatkan di Kantor Kawedanan Wirosari.
Rozikun MPd.I, selaku penasehat panitia mengatakan, lomba tersebut tujuan utamanya adalah untuk syiar. Dimana, momentum idul kurban menjadi wahana yang tempat untuk menggelar acara tersebut. Selain itu, acara tersebut juga dimaksudkan untuk mengenalkan perintah takbir di hari raya idul adha kepada anak-anak.
"Karena itu, kami sengaja mengkhususkan acara tersebut untuk anak-anak SMP/MTs, SD/MI dan TPQ serta Madin," ujar Rozikun yang alumni pasca sarjana Universitas Nadhatul Ulama (UNU) Surakarta tersebut.
Dewan yuri menilai masing-masing kelompok yang beranggotakan 30 siswa. Yakni, kerapian, keindahan, kemerduan dan kefasihan suara. Selain itu, musik tradisional yang mengiringi takbir juga akan menjadi faktor penilaian. Nantinya, panitia akan memberikan hadiah berupa uang pembinaan. Selain itu, panitia juga akan menyiapkan hadiah dorprize berupa hewan kambing.(slk)

bencana ketidakadilan

Mahfud MD : Ancaman Negara Adalah Bencana Ketidakadilan
Rabu, 17 November 2010 10:01
Makassar, NU Online
Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengingatkan ancaman dan bencana terbesar yang dihadapi bangsa adalah ketidakadilan.

"Maraknya jual beli hukum adalah bencana ketidakadilan, bencana besar yang harus dipertahankan dengan nasionalisme. Negara yang tidak dapat menegakkan hukum akan hancur dimanapun dan dimasa apapun," katanya di Makassar, Kamis.

Hal tersebut diungkapkannya pada ceramah dengan tema berkurban dalam ajaran Islam dengan konteks keadilan yang berkonstitusi usai pelaksanaan shalat Idul Adha di Mesjid Al-Markaz Al-Islami Jenderal M.Yusuf.

Diantara jamaah, juga tampak hadir mantan Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin dan Mantan Wakil Presiden RI HM Jusuf Kalla serta Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel Andi Muallim.

Sebagai Ketua Harian Badan Pengurus Yayasan Islamic Center, Jusuf Kalla mengimbau agar jamaah menambah jumlah sumbangannya ke dalam kotak amal mesjid.

50 persen dana yang dihimpun dari kotak amal akan disumbangkan bagi korban bencana gempa dan tsunami di Mentawai Sumatera Barat dan erupsi Gunung Merapi di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Sementara itu, pengurus mesjid juga telah menyiapkan 15 karung pakaian dan uang tunai senilai Rp5 juta untuk disumbangkan bagi korban bencana di wilayah tersebut. (ant/mad) :(sumber nuonline)

Selasa, 16 November 2010

haji

Dua Warga Afsel Naik Haji dengan Bersepeda
Selasa, 16 November 2010 17:00
Makkah, NU Online
Dua belas negara, memakan waktu sembilan bulan, dan menempuh jarak ribuan kilometer, telah ditempuh oleh dua orang warga Afrika Selatan ini untuk mewujudkan mimpinya naik haji ke Makkah. Dua warga Cape Town itu, Nathim Cairncross (28) dan Ahmad Haron (25) hanya menggunakan sepeda untuk melintasi benua Afrika yang panas menuju Arab Saudi.

Keduanya melintasi perbatasan Arab Saudi pada akhir Oktober lalu, tiba hampir tiga pekan sebelum ritual haji dimulai di Makkah. Rangkaian ibadah haji dimulai Ahad kemarin, 14 November 2010.

Ide menunaikan ibadah haji dengan menggunakan sepeda itu muncul dari Haron Desember 2009. Kala itu, ia menyampaikan ide tersebut kepada sahabatnya Cairncross setelah membaca tulisan mengenai ibadah haji yang dihadiri lebih dari dua juta umat Muslim dari seluruh dunia ini.

''Dalam kehidupan, saya mempunyai prinsip,'' ujar Cairncross kepada Al Jazeera. ''Jika saya bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu, di akhirnya pasti akan didapat. Setelah sembilan bulan mengayuh sepeda melintasi Afrika menuju Timur Tengah, tentu saja, saya mendapatkan nilai lebihnya.''

Perjalanan melintasi Benua Afrika itu dimulai pada 7 Februari 2010, di pagi yang dingin dan berhujan di sebuah masjid di Cape Town. Sekitar 500 orang mengiringi kepergian keduanya seraya memanjatkan doa keselamatan. Berbekal peta, mereka menyusuri negara-negara di Afrika yang gersang.

''Kami bukan pengendara sepeda yang profesional,'' ujar Cairncross. ''Tapi kami telah latihan fisik sejak dua bulan sebelum berangkat, seperti mendaki gunung, berlari di pantai, dan berenang.''

Untuk mewujudkan rencana itu, keduanya tidaklah mudah. Ada pula sebagian masyarakat yang coba menghalangi kepergian itu dengan alasan mustahil bisa dilakukan. Namun tanpa rasa takut, teman-teman mereka ikut merancang perjalanan haji itu, berkonsultasi dengan departemen lalu lintas Afrika Selatan untuk memastikan keduanya bisa bersepeda dengan aman, mengurus visa, dan meminta nasihat medis dari dokter. ''Kami sampai dikatakan orang gila,'' ucap keduanya.

Dalam perjalanan panjang itu, keduanya melalui negara di antaranya Botswana, Zimbabwe, Mozambik, Malawi, Tanzania, dan Zanzibar. Setiap hari, mereka bersepeda sepanjang 80-100 kilometer, dimulai sejak usai salat Subuh dan berhenti saat waktu malam. Terkadang, keduanya bermalam di penginapan, berkemah, atau di masjid.

Di saat bermalam itu, tak jarang keduanya menceritakan kisah perjalanan dan tujuannya. Masyarakat setempat banyak yang tersentuh dan kemudian membantu memberikan penginapan dan makan gratis. Selama di perjalanan itu, keduanya juga memanfaatkannya untuk menjelaskan tentang Islam dan ibadah haji kepada penduduk yang dijumpai.

''Dengan bersepeda, anda dapat berbicara dengan banyak orang,'' tutur Cairncross. ''Namun jika menggunakan pesawat atau mobil, Anda tak akan mendapatkan kesempatan seperti itu. Selama perjalanan, Anda juga bisa belajar lebih banyak, mengenali diri anda sendiri. Ini merupakan pengalaman yang nyata.''

Perbedaan bahasa terkadang menjadi kendala selama perjalanan. Lantas masalah ban bocor, rantai sepeda rusak, atau sadel yang bermasalah. Namun mereka bersyukud karena selama perjalanan tak pernah mendapatkan masalah keamanan. Meski tak mempunyai uang yang banyak, keduanya tak pernah kesulitan mendapatkan tempat bermalam atau makan.

Dalam perjalanan itu, keduanya bahkan sempat singgah ke Yerusalem dan mengunjungi Masjid Aqsha. Melintasi perbukitan Petra dan Laut Mati di wilayah Yordania. Keduanya singgah terlebih dahulu di Madinah sebelum melanjutkan perjalanan ke Makkah. Seperti halnya ketika memulai perjalanan, keduanya tiba di Makkah dengan naungan awan mendung yang pekat.

''Sungguh luar biasa,'' ungkap Cairncross bahagia. ''Guntur dan kilat menyambut kedatangan kami di Makkah untuk melihat Ka'bah pertama kalinya.''

''Melakukan tawaf dengan pakaian ihram dengan hujan yang mengguyur, sepertinya Allah memberikan rasa kasihnya kepada kita. Semoga Allah menerima usaha keras kita ini.'' (bil/kemenag)?sumber :nuonlien

Minggu, 14 November 2010

lomba takbir wirosari

Di Wirosari, Lomba Takbir Berhadiah Kambing
GROBOGAN-Untuk menyemarakkan datangnya hari raya idul adha, akan digelar lomba takbir. Lomba takbir yang akan diikuti siswa MTs/SMP, SD/MI dan Taman Pendidikan Alqur'an (TPQ) serta Madrasah Diniyah (Madin) itu akan dipusatkan di Kantor Kawedanan Wirosari. Yakni, pada Selasa malam besuk. Lomba tersebut akan diberikan hadiah uang pembinaan dan 10 ekor kambing sebagai hadiah dorprize.
Rozikun MPd.I, selaku penasehat panitia mengatakan, lomba tersebut tujuan utamanya adalah untuk syiar. Dimana, momentum idul kurban menjadi wahana yang tempat untuk menggelar acara tersebut. Selain itu, acara tersebut juga dimaksudkan untuk mengenalkan perintah takbir di hari raya idul adha kepada anak-anak.
"Karena itu, kami sengaja mengkhususkan acara tersebut untuk anak-anak SMP/MTs, SD/MI dan TPQ serta Madin," ujar Rozikun yang alumni pasca sarjana Universitas Nadhatul Ulama (UNU) Surakarta tersebut.
Lomba takbir tersebut akan dimulai sekitar pukul 19.00 WIB. Nantinya, peserta akan mengelilingi sejumlah rute di ibukota Kecamatan Wirosari. Namun, jika terjadi hujan, maka pelaksanaan takbir akan dilaksanakan di tempat tersebut atau tidak keliling. Untuk masing-masing sekolah atau group beranggotakan 30 anak.
Dewan yuri nantinya akan menilai masing-masing kelompok. Yakni, kerapian, keindahan, kemerduan dan kefasihan suara. Selain itu, musik tradisional yang mengiringi takbir juga akan menjadi faktor penilaian. Nantinya, panitia akan memberikan hadiah berupa uang pembinaan. Selain itu, panitia juga akan menyiapkan hadiah dorprize berupa 10 ekor hewan kambing.(*)

Kamis, 04 November 2010

LKD PMII





Fungsionalisasi Nilai-Nilai Islam
Oleh : Sholihin Hasan*)
Disampaikan pada acara LKD PMII Cabang Blora di SMA NU Menden, 28 Mei 2009
_____________________
Misi penting yang diemban Nabi Muhamad SAW sebagai utusan Allah SWT adalah untuk memperbaiki akhlak atau moralitas umat manusia serta membebaskan dari kungkungan tradisi akidah jahiliyah. Nabi ditugaskan untuk mengembalikan derajat manusia pada posisinya sebagai makhluk yang paling mulia. Yakni, sebagai kholifah di muka bumi, membangun dunia demi untuk meraih kebahagiaan dunia dan akherat.
Untuk mewujudkan hal itu, langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhamad SAW adalah memperbaiki akidah masyarakat pada masa itu. Akidah masyarakat yang meyakini banyak Tuhan dikembalikan pada keesaan Tuhan. Yakni, Allah SWT. Sementara itu, dari sisi moralitas, Nabi melakukan perbaikian secara setahap demi setahap.
Melalui perbaikan yang tahap demi tahap itu, Nabi berusaha untuk merubah seluruh tatanan social yang menyimpang. Seperti diskriminasi, penindasan, dan kepalsuan. Di kalangan masyarakat ditanamkan dan terus digelorakan bahwa untuk melihat sesuatu itu baik atau tidak, ukurannya tidak pangkat dan derajat yang tinggi, kekayaan dan kepuasan diri, kesewenang-wenangan dan menghalalkan segala secara, tetapi kebaikan itu ukurannya adalah moralitas. Nabi berusaha melawan penindasan, ketidak-adilan, kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, serta ketimpangan.
Akhirnya, setelah melalui perjuangan yang sangat keras, selama lebih dari 22 tahun, ayahanda Sayyidah Fatimah itu berhasil merubah keadaan. Masyarkat berhasil dibebaskan dari jalan kegelapan menuju yang terang benderang, dari jahiliyah menuju modern, dari menyembah polyteis menjadi monoteis, dari amoralitas menjadi moralitas, dan dari derajat yang hina menuju derajat yang mulia.
Suami Sayyidah Aisyah tersebut berhasil membawa masyarakat pada kehidupan yang penuh kedamaian, bantu membantu, realistis, menyintai alam, dan keindahan. Prinsip-prinsip kebenaran, kesetaraan social, dan pinisp-pinsip lain yang melandasi berdirinya komunitas yang bebas dan setara, berhasil diwujudkan. Sehingga apa yang disebut bahwa Al Islamu ya’lu wa la ya’la alaihi benar-benar dapat dirasakan umat pada masa itu.
Lalu, bagaimana dengan kondisi Sekarang?
Meski tidak persis sama, persoalan yang dihadapi Nabi pada masa itu sesungguhnya juga terjadi pada sekarang. Sebab, persoalan kemiskinan, kebodohan, keterbelangan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan kedzaliman, saat ini sangat mudah untuk dijumpai. Keyakinan monoteis juga mulai terkikis. Terbukti, banyak orang mulai menuhankan selain Allah tanpa dia sadari.
Saat ini, pemeluk Islam di negei ini memang besar. Bahkan, di Indonesia pemeluk Islam menjadi mayoritas. Namun, pemeluk yang besar belum tentu bermakna besar. Sesuatu yang besar jika bermakna besar adalah lazim. Begitu juga sebalikanya, sesutau yang kecil jika memiliki makna kecil juga sebuah kelaziman. Yang tidak lazim adalah jika yang besar memiliki makna kecil dan yang kecil memiliki makna besar. Jika ada yang besar memiliki makna kecil, itu adalah kedunguan. Sebaliknya, jika ada yang kecil tetapi memiliki makna besar, itu adalah kecerdasan dalam kesyukuran.
Itulah kondisi umat Islam sekarang. Jumlahnya, mayoritas, tetapi dimainkan minoritas. Besar jumlahnya, tetapi perannya tidak signifikan. Persoalan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan pengagguran masih melilit umat. Kita ingin Islam yang besar memiliki makna yang luar biasa besar.
Tawaran Solusi
Islam sebagai ajaran, dalam realitasnya sering dipahami sebagai jargon, retorika bahkan terekploitasi untuk kepentingan sesaat. Nilai-nilai rohmatallil’alamin belum bisa diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Karena itu, sudah saatnya, kader-kader PMII segera melakukan reaktualisasi nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan riil. Sehingga Islam sebagai sebuah keyakinan betul-betul berfungsi di tengah-tengah kehidupan umat. Pendeknya, cara ini oleh DR H Eggi Sudjana MSi dikenal dengan istilah Islam Fungsional.
Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits harus bisa berfungsi di tengah masyarakat. Fungsi Islam dapat direalisasikan oleh seluruh umat, baik secara individu maupun berjamaah. Islam fungsional tidak hanya releven untuk meningkatkan cita Islam, tetapi juga kontektual di tengah-tengah masyaakat. Islam fungsional akan menjadi motor penggerak bagi seluruh umat dalam mengimplementasikan ajaran Islam di kehidupan riil. Dengan cara itu seluruh poblema yang muncul bisa dipecahkan. Sehingga masyarakat akan bisa merasakan manfaat kehadiran Islam, karena terjadi perasaan dan tindakan saling baku urus atau bantu membantu dalam hal kebaikan dan ketaqwaan.
Islam fungsional juga akan menepis penyalahgunaan Islam sebagai jargon dan retorika politik. Menurut Egi Sudjana, Islam fungsional, mengusung sembilan pilar. Yakni, ketaatan, kejujuran, keadilan, kedamaian, kesejahteraan, ketertiban, keseteraan, kebebasan dan keselamatan.
Sementara mantan Perdana Mentei Malaisia, Abdullah Ahmad Badawi (Republika, 21 Juni 2006) melukiskan Islam Fungsional dengan mengharuskan setiap muslim untuk mendemonstasikan dalam teoi dan praktek. Bahwa Islam tidaklah bertentangan dengan modernitas. Umat Islam bisa menjadi modern tanpa harus menjadi barat atau westernisasi. Ini seperti yang digambarkan Muhamad Abduh (1849-1905) : orang muslim yang modern adalah mereka yang bisa memegang Al-Qur’an dan Hadist di stau tangan, sementara tangan lainnya menggenggam iptek. Dan menurut penulis, untuk kondisi persaingan global seperti sekarang ini, umat perlu ditambah ketrampilan.
Islam Fungsional di Malaisia mengusung 10 prinsip pendekatan.
  1. Keimanan dan kesholehan kepada Allah
  2. Pemerintah yang adil dan bisa dipercaya
  3. Kebebasan dan independensi rakyat
  4. Mencari ilmu pengetahuan dengan penuh semangat dan menguasainya
  5. Pembangunan ekonomi yang berimbang dan menyeluruh
  6. Kualitas hidup rakyat yang baik
  7. Perlindungan terhadap hak-hak minoritas dan kaum perempuan
  8. Integral moral dan budaya
  9. Penyelamatan atas SDA dan lingkungan
  10. Berusaha menjaga kapabilitas pertahanan
Islam Fungsional merupakan aplikasi ajaran Islam melalui kapasitas dan otoritas yang dimiliki tiap individu yang beriman kepada Allah, Baik dari sisi akidah, syariah maupun akhlak. Kapasitas dalam implementasi Islam fungsional adalah kemampuan (ilmu) dan sumberdaya. Sedangkan otoritas adalah kemampuan untuk menyuarakan dan menegakkan Islam diukur dari wewenang dan kekuasaan yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Dari aspek kapasitas, banyak umat Islam yang faqih fiddin, faham agama, dan mengenyam pendidikan tinggi. Tetapi, mereka tidak fungsional dalam menegakkan syariat Islam. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Kemudian dari sisi otoritas, banyak umat Islam yang menjadi pemimpin pemerintahan. Sayang, keberadaan mereka kurang fungsional dalam pandangan Islam.
Karena itu, jika seluruh individu Islam bisa memfungsikan kapasitas dan otoritasnya sesuai nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam, maka umat Islam akan menjadi umat yang dihormati oleh kawan dan disegani oleh lawan. Islam yang besar juga akan bermakna besar.
Untuk mencapai itu semua, menurut Prof Dr Ir Muhamad Nuh DEA, umat Islam harus membuang stigma negative. Seperti infiority complex atau penyakit rendah diri dalam segala hal. Sebab, penyakit orang yang kalah biasanya sering menyalahkan orang lain. Seperti orang yang mencari jarum di luar rumah, padahal jarumnya jatuh di dalam kamar. Mereka tidak mau mencari jarum di kamar, disebabkan karena kamarnya gelap.
Selain itu, umat harus mengembangkan nilai keihlasan, sabar, tabah, punya ide besar dan melangkah dari yang sederhana serta setahap demi setahap. Jika kesadaran itu dimiliki masing-masing individu, maka melalui Islam Fungsional akan bisa membebaskan umat dari belenggu kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. (slk)
*) Penulis adalah wartawan Radar Kudus (Jawa Pos Group), Aktifis LP Ma’arif Blora

Senin, 01 November 2010

materi aswaja



Sejarah Terbentuknya NU
Situasi Politik Bangsa
Sebelum merdeka 17 Agustus 1945, Indonesia masuk dalam cengkrama penjajah. Yakni, Portugis, Belanda dan Jepang. Masa imperialis itu berlangsung sekitar 350 tahun. Untuk mempertahankan kekuasaannya, pemerintah colonial menghalalkan segala cara atau gelap mata. Seperti
  • Melaksanakan politik devide et impera (adu domba)-pelakunya dosa besar
  • Melaksanakan politik etis (berpura-pura baik)-munafek
  • Melakukan politik diskriminasi-dholim
  • Menipu rakyat dengan teori colonial white mans burden (orang-orang kulit putih yang mempunyai tanggungjawab)-semua punya tanggung jawab
  • Kedatangan mereka untuk mission sacree (tugas suci)-mengeruk kekayaan
  • Menanamkan nilai yang dapat menimbulkan penyakit inferiority complex (rendah diri dalam segala hal)-merusak
Akibatnya : rakyat terpecah, antar suku terbelah, antar daerah tercaik-cabik, umat seiman bertengkar. Kemudian muncul penyakit kedaerahan, penyakit kesukuan, penyakit mementingkan golongan, menyuburkan sifat kebencian, menyuburkan sifat permusuhan, kekuatan Islam lumpuh.
Pemerintah kolonial tidak hanya melakukan penjajahan militer dengan menghadirkan ribuan tentaranya ke Indonesia. Tetapi, mereka juga menjajah bangsa ini dalam segala hal. Seperti :
  • penjajahan politik
  • penjahan ekonomi
  • agama
  • penjajan social dan budaya
Akibatnya : rakyat kena wabah penyakit inferiority complex, inferior, mider atau rendah diri dalam segala hal. Sebaliknya penjajah merasa lebih superior. Rakyat juga hidup dalam serba ketergantungan dengan pemerintah penjajah.
Penjajah juga berusaha meminggirkan peran Islam dalam percaturan kehiduran sehari-hari. Strategi yang dipakai penjajah untuk meminggirkan peran Islam adalah dengan cara:
  • Memecah belah umat Islam dengan berbagai cara.
  • Islam digolongkan menjadi beberapa golongan. Seperti Islam Modern dan Islam Tradisional, Islam Liberal dan Radikal, Islam santri-priyayi-abangan.
Penjajah membuat devinisi modern yang isinya sengaja dibuat bertentangan dengan modern versi Islam.
Modern (penjajah) : Segala sesuatu yang datang dari penjajah dianggap baik dan modern. Rakyat di Belandakan dalam segala hal. Westernisasi. Atau hidup ke barat-baratan.
Modern (Islam) : Segala sesuatu yang sesuai dengan ajaran Islam. Sesuai perintah Allah dan Rosulnya Muhamad.
Tradisional/kolot/jahiliyah (penjajah) : Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan adat istiadat penjajah.
Tradisional/kolot/jahiliyah (Islam) : Segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam. Melanggar perintah Allah dan Rosulnya.
Sikap Para Ulama
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, ulama sebagai pewaris para nabi, memiliki peranan yang besar dalam melawan peemerintah kolonialis. Di bawah pimpinan ulama, rakyat berhasil memberikan perlawanan kepada penjajah secara heroic dan patriotic. Diantara ulama yang memimpin perlawanan kepada penjajah adalah Sunan Gunung Jati (Fatahillah/Falatehan), Sultan Agung Hanyokrokusomo dan Pangeran Diponegoro di Jawa. Imam Bonjol, Teuke Umar dan Tengku Cik Ditiro di Sumatera, Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasai di Kalimantan. Selain itu, ada Sultan Babullah di Maluku, dan Sultan Hasanudin di Sulawesi. Sayang, perjuangan para ulama tersebut masih bersifat kedaerahan. Sehingga mudah dipatahkan Belanda.
Selain melakukan perlawanan fisi, para ulama juga melakukan perlawanan dalam bentuk lain :
- Menerapkan politik non kooperatif. Yakni, mengambil jarak pemisah dan melakukan kerjasama dalam hal apapun.
- Memperkuat basis umat, dengan mendirikan lembaga pendidikan tersendiri. Seperti pondok pesantren dan musholla. Tujuannya untuk membentengi umat dari gempuran budaya penjajah.
- Bersikap keras kepada penjajah atas perilaku penjajah yang dinilai bertentangan dengan ajaran Islam. Sehingga ulama membuat fatwa haram bagi barang siapa yang berpakaian, berbahasa, bersekolah dan bergaya penjajah. Namun, perlu dicermati bahwa fatwa haram tersebut bukan dilihat dari segi hokum diniyah, tetapi dari segi siyasah. Yakni, lebih bersifat strategi politik.
- Ulama, pemimpin rakyat, hidup bersama-sama rakyat, berjuang untuk rakyat dan membina akhlak umat.
Problematika
Akibat penjajahan yang cukup lama, sampai hari ini, pengaruh penjajah masih sangat terasa. Pengaruh penjajah masih begitu mendarah daging di kalngan bangsa ini. Seperti :
- Masih banyak masyarakat yang memiliki gaya dan perilaku seperti penjajah.
- Terjadinya dikotomi ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan. TK-RA, SD-MI, SMP-MTs, MA-SMA, IAIN-Universitas.
- Pengelompokan Islam masih terjadi hingga hari ini. Aliran baru masih saja bermunculan. Ahmadiyah, pengaku nabi, maupun kelompok-kelompok jamaah yang mengaku paling islami.
- Penyakit inferiority complex belum dapat disembuhkan.
- Semangat berfastabiqul khoirat lemah, segalanuya diukur dengan materi
- Sikap produktifitas dan kreatifitas lemah
- Sikap keberagamaan tidak kental, dan cenderung kering.
Kegigihan Para Ulama Mempertahankan Faham Aswaja
Pada awal abad xx, di timur tengah muncul faham baru yang dipelopori Muhamad Bin Abdul Wahab. Faham baru tersebut dinamakan faham wahab atau muwahhidini. Faham baru ini juga cepat masuk ke Indonesia. Ajaran ini berprinsip kembali pada Al-Qur’an dan Hadits untuk memberantas bid’ah dan adat istiadat dengan penuh fanatisme.
Prinsip ajaran wahabi :
  1. Hanya Allah SWT yang wajib disembah
  2. Mohon berkah kepada wali, syekh dan kekuatan ghoib adalahmusyrik
  3. Melarang menyebut nabi, wali, guru, maupun malaikat
  4. Berdoa harus langsung kepada Allah tidak lewat perantara
  5. Tidak boleh memohon syafaat kepada selain Allah
  6. Merokok hukumnya haram, bila tertangkap dicambuk 40 kali
Dengan makin berkembangnya aliran wahabi di Indonesia, sikap para ulama langsung menentang keras. Sebab, dengan berkembangnya faham wahabi dapat merusak tatanan cara berakidah umat Islam. Karena itu, para ulama berusaha mempertahankan kemurnian dan kebenaran Islam yang berhaluan ahlussunah waljamaah.
Berdiri Komiti Hijaz
Sebelum berdiri komite hijaz yang dipelopori ulama NU pada tahun 1926, di Indonesia sudah mulai timbul gejala-gejala masalah khilafiah. Waktu sudah terbentuk Centre Comite Chilafah (CCC). Dibentuknya komite khilafah sebagai reaksi atas peristiwa yang terjadi Makkah. Pada tahun 1924, raja yang berkuasa di Madinah, yakni Syarif Husain, yang bernaung dibawah kekuasaan Turki, digulingkan oleh Ibnu Saud. Kemudian Ibnu Saud yang berfaham wahabi berusaha mengadakan perubahan-perubahan secara radikal dalam soal keagamaan dan kemasyarakatan termasuk ajaran yang bersifat konservatif.
Pada tahun 1926, penguasa hijaz, akan mengundang seluruh pemimpin Islam sedunia untuk menghadiri muktamar islam. Penguasa hijaz yang berfaham wahabi selalu menggencet orang-orang yang bermadzhab empat di Makah dan Madinah. Padahal sebelumnya di dua kota itu, umat Islam menggunakan madzhab empat dalam beribadah.
Pada tahun 1924, ulama di Indonesia mengadakan konggres al-islam luar biasa di Surabaya yang dihadiri berbagai unsure organisasi untuk membicarakan khilafah di Indonesia. Tokoh yang hadir antara lain HOS Cokroamonito, KH A Wahab Hasbullah, KH Mas Mansur, KH Agus Salim, KH Abdul Halim Majalengka, K Sangaji dan R Wondoamiseno.
Kemudian tahun 1925 ulama kembali menggelar konggres al-islam di Jogjakarta. Saat itu, KH A Wahab Hasbullah usul agar utusan umat Islam Indonesia yang dikirim ke Muktamar Makkah nanti mampu mendesak Raja Ibnu Saud agar melindungi kebebasan bermadzhab di Makkah dan Madinah. Namun, sampai pada konggres al-islam di Bandung, usul yang disampaikan KH A Wahab Hasbullah belum dapat menjadi catatan konggres.
Dengan peristiwa itu, akhirnya KH A Wahab Hasbullah keluar dari kepanitiaan komite khilafah. Selanjutnya beliau bergabung dengan para ulama di Taswirul Afkar dan Nahdlotul Wathon dengan restu KH Hasyim Asy’ari untuk memutuskan dan mengirim delegasi sendiri ke muktamar dunia Islam pada bulan Juni 1926 dengan membentuk komite sendiri. Yakni, komite hijaz.
Adapun susunan pengurus komitie hijaz :
Penasehat : KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Cholil Masyhuri (Lasem)
Ketua : Hasan Gipo
Wakil Ketua : H Sholeh Syamsil
Sekretaris : Muhamad Shodiq
Pembantu : KH Abdul Halim
Kelahiran Nahdlatul Ulama (NU)
Tepat pada 16 Rojab 1344 H/31 Januari 1926, KH Wahab Hasbullah bersama kiai lain, seperti KH Hasyim Asy’ari (Tebuireng), KH Bisri Sansuri (Denanyar), KH Ridhwan (Semarang), KH Raden Asnawi (Kudus), KH Raden Hambali (Kudus), KH Nawawi (Pasuruan), KH Nakhrowi (Malang) dan KH Doromuntaha (Bangkalan) membentuk komite hijaz. Pembentukan dilakukan di kota Surabaya. Dalam rapat tersebut disepakati dua keputusan penting.
  1. Mengirim KH R Asnawi Kudus ke konggres dunia islam di Makah dengan tugas memperjuangkan hokum-hukum ibadat dalam madzhab empat.
  2. Atas usul KH Mas Alwi Abdul Azis dibentuk organisasi jamiyyah Nahdlatul Ulama’ dengan rois akbarnya KH Hasyim Ays’ari dan ketua KH Hasan Gipo.
Realisasi :
Pada tahun 1929, NU baru berhasil mengirimkan dua utusan untuk menemui Raja Ibnu Saud. Yakni, KH Wahab Hasbullah dan Syekh Genaim Al Misri. Hasilnya, Raja Ibnu Saud akan tetap menghormati pelaksanaan ibadah dan pengajian oleh guru-guru empat madzhab.(slk)